Sabtu, 01 September 2012

KISAH PENEMBAK MISTERIUS (PETRUS) TEBAR TEROR PADA PREMAN.

CEC : Reporter merdeka.com - Mardani melaporkan; Bentrok antara kelompok massa di Indonesia kerap kali terjadi. Dengan berbagai senjata yang dimilikinya, kelompok massa itu saling bertikai dan membuat warga resah. Terakhir, bentrok antara dua kelompok massa terjadi di Jl Raya Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (29/8) kemarin. Kali ini anak buah Hercules dan anak buah John Kei saling bertikai untuk memperebutkan lahan. Suburnya aksi premanisme dan kekerasan di Tanah Air pasca-Reformasi mengingatkan pada kisah penembakan misterius (Petrus) yang terjadi di era Orde Baru tahun 1980-an.

Dalam buku "BENNY, tragedi seorang loyalis," Karya Julius Pour, terbitan Kata Penerbit, diceritakan, ribuan preman tewas dengan cara ditembak tanpa diketahui siapa penembaknya. Selama bulan Mei 1983 tidak kurang 22 orang tewas tertembak di Jakarta. Hal itu sontak mengejutkan masyarakat. Sebab, saat itu belum pernah terjadi sebanyak itu orang tewas karena ditembak. Suasana semakin mencekam, karena mereka yang tewas mayoritas tubuhnya dipenuhi dengan tato. Saat itu banyak yang menduga aksi penembakan di Jakarta itu merupakan rentetan dari penembakan yang terjadi di Yogyakarta pada April 1983. Kala itu, Pangkowilhan II Letjen TNI Widjojo Soejono tengah melancarkan operasi memberantas kejahatan dengan sandi Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK). Sejumlah mayat preman yang biasa disebut Gabungan Anak Liar (Gali) kala itu kerap ditemukan di kota itu tanpa diketahui siapa penembaknya. Masyarakat Yogya yang sudah sekian lama dicekam rasa takut akibat merajalelanya aksi pemerasan dan kejahatan yang dilakukan para Gali pun dapat berlega hati.
Setelah kurang lebih tiga pekan terjadi di Jakarta, Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Benny Moerdani memberikan penjelasan soal penembakan misterius itu. Penjelasan itu diberikannya setelah terlebih dahulu bertemu dengan Presiden Soeharto. Menurut Benny, penembakan misterius itu kemungkinan muncul akibat adanya perkelahian antar gang preman. Namun, sebagai negara hukum, penembakan hanya dapat dilakukan dalam keadaan terpaksa. "... sejauh ini belum pernah ada perintah tembak di tempat bagi penjahat yang ditangkap..." kata Benny.
Operasi pemberantasan kejahatan itu kemudian menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Suara masyarakat kala itu terbelah, banyak yang mendukung asal yang ditembak mati benar-benar Gali, tapi banyak pula yang mengecam.
"Kami mengharap agar pada waktu mendatang pembunuhan semacam ini diakhiri. Kami mengharapkan, Indonesia dapat melaksanakan konstitusi dengan tertib hukum," kata Menteri Luar Negeri Belanda Hans van den Broek yang saat itu kebetulan tengah berkunjung ke Jakarta pada Januari 1984. Saat itu dia menyebut angka korban tewas penembakan misterius itu mencapai lebih dari 3 ribu orang.
Benny kemudian membantah pembantaian itu dilakukan pemerintah. "Ada orang-orang mati dengan luka peluru, tetapi itu akibat melawan petugas. Yang berbuat bukan pemerintah. Pembunuhan semacam itu bukan kebijakan pemerintah," kata Benny. Namun, penembakan terhadap para preman itu beberapa tahun kemudian menjadi tak lagi misterius. Saat itu Presiden Soeharto menyatakan tindakan keamanan itu terpaksa dilakukan karena aksi kejahatan semakin brutal dan meluas.

Menurut Soeharto, tindakan tegas dengan cara kekerasan harus dilakukan terhadap para penjahat sebagai sebuah treatment therapy. "Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya mau tidak mau harus ditembak. Karena melawan maka mereka ditembak," kata penguasa Orde Baru itu. "Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikan tersebut." Meski cara penumpasan kejahatan itu sadis, banyak masyarakat yang mengapresiasi. Sebab, masyarakat yang sebelumnya takut bepergian karena kejahatan preman yang merajalela, akhirnya bebas menjalani aktivitasnya kembali tanpa rasa takut. Yang menjadi pertanyaan, apakah langkah penembakan itu harus kembali diterapkan saat ini? [ian] - cy.

PENGAKUAN SOEHARTO SOAL PENEMBAK MISTERIUS (PETRUS)

CEC : Reporter merdeka.com - Mardani, melaporkan : Aksi premanisme semakin marak terjadi pasca-Reformasi. Bak negeri para koboi, kerap kali muncul bentrokan antarkelompok preman. Salah satu contohnya adalah bentrokan yang terjadi antara anak buah Hercules dan anak buah John Kei di di Jl Raya Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (29/8) kemarin. Keributan dipicu atas perebutan sebuah lahan.

Dulu, saat Presiden Soeharto berkuasa, aksi premanisme sempat marak terjadi di era 1980-an. Saat itu penduduk Jakarta gelisah jika bepergian keluar rumah.

Sebab, para preman saat itu dengan nekat memeras dan melakukan aksi kejahatan kepada warga. Gerah atas aksi para preman, penguasa Orde Baru itu kemudian menginstruksikan dilakukannya sebuah operasi keamanan untuk membasmi para preman. Tak berapa lama, jasad para preman kerap ditemukan tak bernyawa akibat ditembak secara misterius. Konon kabarnya, ribuan pria bertato yang diduga preman tewas karena ditembak. Meski pada awalnya pihak penguasa membantah telah memerintahkan aksi penembakan itu, Presiden Soeharto akhirnya mengakui tindakan tegas dengan jalan kekerasan terhadap para pelaku kejahatan harus dilakukan sebagai sebuah treatment therapy.

Mantan Pangkostrad itu bahkan menyatakan, tindakan tegas dengan cara ditembak suka tidak suka harus dilakukan kepada pelaku kejahatan yang melawan.

"Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan tersebut," kata Pak Harto dalam buku otobiografinya Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya seperti dipaparkan kepada: G. Dwipayana dan Ramadhan KH terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada, 1988. Hal ini dituturkan dalam bab "Yang Disebut Petrus dan Hukuman Mati."
Meski operasi keamanan itu tergolong sadis, aksi premanisme di Jakarta saat itu cenderung menurun. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang mendukung langkah pemberantasan preman itu. Masyarakat yang sebelumnya takut keluar rumah, kembali menjalankan aktivitasnya tanpa takut diganggu para preman. [dan] - cy.

TV ONE DILAPORKAN KE KOMISI PENYIARAN INDONESIA.

CEC : TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Media Watch (IMW) melaporkan TV One ke Komisi Penyiaran Indonesia hari ini, Kamis, 30 September 2012. Surat protes yang dilayangkan IMW itu terkait dengan acara Indonesia Lawyer Club pada 29 Agustus 2012. IMW menyebutkan dalam surat yang ditujukan kepada Ketua KPI, M. Riyanto, dalam acara tersebut Karni Ilyas sebagai host tidak menghentikan hinaan yang dilakukan oleh dua orang advokat kepada Denny Indrayana, Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Menurut Koordinator Badan Pekerja IMW, Lifany Kurnia, perbuatan tercela yang dilakukan oleh para advokat ini dan dibiarkan oleh host sungguh memprihatikan karena telah melanggar hak asasi manusia dan juga memprovokasi konflik beragama karena tersirat ada unsur melecehkan tempat beribadah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Undang-Undang Penyiaran, pasal 36 ayat (6), dilarang memperolokkan, mere
ndahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional. Dia menegaskan, pelanggaran pasal ini diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 10 miliar (pasal 57).
Juga Peraturan KPI Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran (SPS), Ppasal 24 ayat (1) yang menyatakan, program siaran dilarang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/ mesum/cabul/vulgar, dan/atau menghina agama dan Tuhan. Pelanggaran atas pasal ini diancam sanksi penghentian sementara (pasal 80) dan bila tidak patuh, dapat diancam sanksi lebih keras: denda administratif, pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu, tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran, atau pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran (pasal 75 ayat 2). “Kami mengajukan permintaan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk dapat memberikan sanksi yang maksimal kepada pemilik ILP sesuai dengan peraturan yang berlaku,” kata IMW dalam suratnya kepada KPI.
Saat dikonfirmasi, pemimpin Redaksi TV One Karni Ilyas mengatakan program yang dipandunya tidak melanggar Undang-Undang Penyiaran. "Tidak ada pembiaran, sudah saya tegur mereka dua kali," ujar Karni saat dihubungi Tempo, Kamis, 30 Agustus 2012. Mereka yang dimaksud Karni adalah pengacara Hotman Paris dan Indra Sahnun Lubis. Keduanya dianggap melecehkan Denny dengan sebutan pendek, seperti penjaga masjid, dan botak. (cy)

KARNI ILYAS DIADUKAN KE KOMISI PENYIARAN INDONESIA

CEC : TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin redaksi TvOne, Karni Ilyas, menyatakan program yang dipandunya tidak melanggar Undang-Undang Penyiaran. Acara Indonesia Lawyers Club diadukan oleh Indonesia Media Watch ke Komisi Penyiaran Indonesia, Kamis, 30 Agustus 2012. Program yang disiarkan secara langsung ini dianggap melakukan pembiaran atas perilaku melecehkan martabat dari dua advokat terhadap Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana. (Baca juga: Indonesia Media Watch Laporkan TV One ke KPI)
"Tidak ada pembiaran, sudah saya tegur mereka dua kali," ujar Karni saat dihubungi Tempo, Kamis, 30 Agustus 2012. Mereka yang dimaksud Karni adalah pengacara Hotman Paris dan Indra Sahnun Lubis. Keduanya dianggap melecehkan Denny dengan sebutan pendek, seperti penjaga masjid, dan botak. Ia menyebut meskipun telah dilarang, ocehan keduanya tak juga berhenti sehingga menjadi santapan publik. Ia mengaku hal terseb
ut bukan keteledoran pihak televisi karena acara disiarkan secara langsung. "Bagaimana kami menduga orang akan ngomong begitu," ujarnya.
Karni menambahkan, medianya yang diasuhnya itu baru bisa dikatakan bersalah jika ocehan itu dimuat dalam program yang bersifat rekaman. Karena artinya ada kesengajaan dari pihak redaksi untuk menampilkannya ke publik.
Sebelumnya, Indonesia Lawyer Club (ILC) dilaporkan Indonesia Media Watch (IMW) ke KPI karena dianggap melanggar Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Ia menilai hal tersebut melanggar aturan yang melarang produk siaran memperolokkan, merendahkan, melecehkan nilai-nilai agama seperti yang tercantum dalam Pasal 36 ayat 6. Pelanggaran ini bisa berbuah sanksi pidana paling lama lima tahun atau dendan maksimal Rp 10 miliar. (cy)

Kamis, 30 Agustus 2012

TERKAIT PONPES MASHADUL AL MUSTATOBAH YANG DIBAKAR MASSA.

CEC : Depok, Radar Online - Pondok Pesantren Mashadul Al Mustatobah, Jalan Raya Curug, RT003 RW08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, yang dirusak dan dibakar massa pada Minggu (26/8/2012) malam lalu. Disambangi jajaran Muspida Kota Depok. “Kasus Ustad Fauzan merupakan ujian bagi para pemuka agama di Depok. "Allah menguji seseorang sesuai profesi dimana ia bekerja," kata Wakil Wali Kota Depok, Idris Abdul Shomad sebagai pemimpin rombongan kepada wartawan Rabu (29/8/2012) dilokasi.
Orang nomor dua di Kota Depok itu prihatin dengan kejadian seperti ini. "Saya berharap kedepan jadi pelajaran, pemangku tokoh agama masyarakat. Jangan tertawakan seseorang, karena adanya pembakaran. “Itu kita menyesalkan sudah ada usaha mediasi sebelumnya, dilakukan penyelesaian kasus ini, tapi karena ada sulutan jadi anak - anak ABG terpancing," ujar Idris.
Menurut Idris, apa yang dilakukan Fauz
an terhadap santrinya MJ merupakan nikah mut'ah (kontrak) ajaran para pengikut Syi'ah. Cukup dengan kerelaan seorang perempuan. Tidak membutuhkan izin orangtua dan wali nikah. "Namun di Indonesia pernikahan seperti itu tidak diperkenankan. Kalau dia mengaku aliran ahli sunah waljamaah maka seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Pasalnya, ahlisunah mengharamkan itu," tuturnya.
Masalahnya apakah MJ pada saat melakukan pernikahan dengan Fauzan dilakukan secara sukarela. Kenyataanya, ungkap dia, terjadi pemaksaan pada waktu itu. "Sekarang biarkan proses hukum yang bicara. Saya si menduga kalau Fauzan beraliran Syi'ah, karena dia lulusan Yaman," ungkap Idris.
Idris menghimbau agar semua pihak dapat menahan diri. Tidak mudah terprovokasi. Biarkan pihak kepolisian menangani kasus ini. "Kita tunggu saja kasusnya seperti apa. Dalam konteks agama jelas, menikah secara paksa melanggar. Selain itu juga melanggar UU Perlindungan Anak," imbuhnya.

72 PONPES MEMILIKI IZIN, YANG TIDAK TERDAFTAR NGGAK KETAHUAN:

Di tempat yang sama, Nur Muhammad selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Depok mengungkapkan, banyak pondok pesantren belum tercatat secara resmi di lembaganya, Sementara baru 72 ponpes yang memiliki izin. Kasus ini menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya untuk lebih mendata ulang. "Yang tak terdaftar enggak ketahuan, penertiban pendataan ulang,” ungkapnya. Nur Muhammad menegaskan, hikmah kita akan mendata ulang. Ada 2 ponpes yg belum mendapat izin operasional di dekat bojongsari ini. Persyaratan ada santri, asrama, kitab yg diajarkan, sifat salafiyah, modern, boarding school, harus ada IMB, dirujuk ke persyaratan pembangunan, harus ada struktur dewan kyai, sistem modern, atau tradisonal," tandasnya. (Maulana Said/cy)

Selasa, 28 Agustus 2012

Pembangunan di Pasar Cisalak Tahun 2010 Sudah Rusak

CEC : Wartawan CEC, Darles Torang Siagian melaporkan - "Pembanguan tembok pembatas antara lahan pembuangan sampah Pasar dengan makam sudah rubuh/ ambrol diperkirakan anggarannya ratusan juta rupiah, demikian juga atap Kanopi parkir biaya ratusan juta rupiah sudah tidak beratap lagi, kedua kegiatan ini diduga proyek ' kongkalikong ' alias proyek menghambur-hamburkan uang negara ???. (darles/cy)

NURMAHMUDI AKAN "PERGI" DARI DEPOK PERTENGAHAN TAHUN 2013.

CEC : Menurut sumber CEC di Forum Gereja HKBP Depok, di depan forum papie Nurmarmudi berucap akan meninggalkan Kota Depok, mengundurkan diri pertengahan tahun 2013. "Saya akan meninggalkan Kota Depok, dan akan mengundurkan diri pertengahan tahun 2013", ujar Nurmarmudi..


Ketika dikonfirmasi, seorang anggota forum yang tidak mau ditulis namanya, membenarkan 'pidato' Nurmarmudi tersebut. Hanya, katanya melanjutkan, "Kenapa tidak sekarang aja ia pergi meninggalkan Kota Depok..?, kenapa ia harus menunggu pertengahan tahun 2013 baru akan mengundurkan diri..?, kenapa..?, ujarnya bertanya-tanya. (lsc/cy)

TRAGEDI BERDARAH ANTARA SYIAH DENGAN SUNNI DI MADURA.

CEC : Reporter merdeka.com Andrian Salam Wiyono melaporkan : "Tragedi berdarah antara Syiah-Sunni di Sampang, Madura, Jawa Timur pada Minggu (26/8) kemarin, dinilai oleh tokoh-tokoh Madura karena pemerintah setempat tidak tanggap terhadap isu SARA yang terjadi sebelum kerusuhan pecah. Hal ini dibeberkan Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Madura (FKMM), Achmad Zaini, Senin (27/8). Dia menilai kejadian Sampang disebabkan karena pemerintah daerah tidak tanggap dengan keberadaan Syiah di Sampang. "Kejadian ini bukan kali pertama, tetapi sudah yang kali keduanya. Kalau saja pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Sampang tanggap dengan keberadaan Syiah di Sampang, tentu saja kejadian ini tidak sampai terjadi," keluh Zaini menyesalkan peristiwa yang menyebabkan dua korban jiwa itu. Apalagi, lanjut dia, kasus Syiah-Sunni di Sampang tersebut, bukan termasuk karakter budaya masyarakat Madura. "Seminggu sebelum tragedi Syiah-Sunni pecah di Sampang, ulama-ulama dan tokoh-tokoh besar Madura sempat menyampaikan keluh kesahnya kepada Bupati Sampang dan Gubernur Jawa Timur, bahwa keberadaan Syiah di Sampang, kondisi gawat. Namun tidak ditanggapi serius," cerita dia. Zaini menceritakan, beberapa bulan sebelumnya, juga sudah terjadi perselisihan antara dua kelompok agama tersebut. "Namun, lagi-lagi, pemerintah tidak serius menangani persoalan tersebut, akhirnya terjadi konflik lagi hingga terjadi kebakaran dan pembantaian seperti kemarin." Untuk itu, dalam waktu dekat, FKMM, akan mempertemukan para tokoh-tokoh besar di Madura dan tokoh lintas agama guna membahas masalah tersebut. Diharapkan, dalam pertemuan itu nantinya, bisa memberikan kesepakatan, bahwa peristiwa di Sampang adalah kejadian yang terakhir. Menanggapi kemungkinan adanya relokasi bagi penganut Syiah di Sampang, Zaini menyatakan, keputusan itu berada di tangan pemerintah. Namun, Zaini berharap, lebih baik tidak ada relokasi, sebab penganut Syiah di Sampang merupakan warga asli Sampang. "Dan lagi kalau sampai ada relokasi, itu berarti sama halnya pemerintah tidak bisa menyelesaikan masalah. Lebih baik biarkan mereka di sana, tetapi harus ada perhatian dari pemerintah," pungkas dia berharap. (cy)

PONDOK PESANTREN MASHADUL AL MUSTATOBAH DI KAMPUNG CURUG, KELURAHAN PONDOK PETIR, KECAMATAN SAWANGAN, KOTA DEPOK DIBAKAR MASSA...

CEC : VIVAnews - Pondok Pesantren Mashadul Al Mustatobah di Kampung Curug, Pondok Petir, Sawangan, Depok, Jawa Barat, diamuk massa pada Senin 27 Agustus 2012 dini hari. Pembakaran gedung pondok pesantren ini diduga karena kesal terhadap pimpinan pondok pesantren yang diduga telah mencabuli seorang santri di bawah umur. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, sebab para santri masih libur. Sedangkan Ustad FA, 30 tahun, yang diduga kuat sebagai pelaku pencabulan terhadap MJ 18 tahun, saat ini telah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka pencabulan. Salah satu saksi mata, Ida, 45 tahun, yang rumahnya berada persis di seberang ponpes, mengatakan aksi ters
ebut diikuti ratusan orang. Ida pun sempat panik lantaran api yang ditimbulkan oleh massa yang mengamuk sempat membesar dan berlangsung lama. "Saya ngeri melihatnya. Saya takut api tadi menyambar rumah. Untung ponpes itu masih kosong karena penghuninya masih pada libur Lebaran," ucap wanita berkerudung itu dengan nada gemetar.
Sementara itu, data yang dihimpun VIVAnews, aksi brutal warga diduga karena terbongkarnya kasus pencabulan yang dilakukan oleh FA, yang tak lain adalah pimpinan dari ponpes tersebut. Kasus ini mencuat setelah MJ, salah satu santri, mengadu pada orangtua jika dirinya telah kerap kali dicabuli oleh FA. Ironisnya lagi, aksi biadab itu telah dilakukan sejak 3 tahun lalu, saat MJ masih berumur 15 tahun dan masih duduk di bangku setingkat SMP. Tak hanya digauli, MJ pun mengaku dirinya kerap mendapat siksaan dari FA jika nafsyu syahwatnya tak terpenuhi.
"Yang saya dengar seperti itu. Kami sekeluarga juga kaget. Malah kata ponakan saya ini (MJ), dia sudah menikah segala. Anehnya dia menikah tanpa dihadiri oleh siapapun alias cuma berdua. Ya itulah, selama tiga tahun ini kami sekeluarga tak ada yang tahu. Padahal rumah kami hanya beberapa meter dari ponpes," ucap Abudin paman korban. Lantaran merasa sudah tak tahan dan kerap mendapat perlakuan kasar, MJ pun akhirnya membeberkan persoalan yang dihadapinya pada sang ayah, Hermansyah. Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani aparat. "Saat ini FA, si pelaku telah kami amankan dan telah kami tetapkan sebagai tersangka. Untuk kasus perusakan dan pembakaran ini masih kami selidiki. Kami sangat menyayangkan aksi sepihak tersebut. Untuk itulah sejumlah saksi telah kami periksa," ucap Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Ajun Komisaris Besar Polisi, AM. Kamal pada VIVAnews di lokasi kejadian. Guna menghindari aksi lanjutan, sejumlah aparat bersenjata lengkap telah disiagakan di kawasan tersebut. Akibat amukan warga, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Tak hanya bangunan yang hancur, namun seisi ruangan di gedung ponpes itu pun turut dirusak massa. (eh/cy)