CEC : Sejak Depok dikelola oleh seorang Nurmahmudi (Walikota Depok Ilegal-red) yang dinilai Tidak Cerdas alias Tidak Becus mengelola potensi yang ada di Kota Depok, maka selain menjadi Kota Terkotor dan Terkorup se Indonesia, kini Depok telah menjadi sebuah Kota Lesbi dan Kota Seks Bebas. Pergaulan bebas pada usia remaja sangat mengkhawatirkan, seperti yang terjadi di Kota Depok, banyak Anak Baru Gede (ABG) berseragam sekolah mengalami kelainan seksual menjadi lesbi (penyuka sesama perempuan).
"Kita sedang meneliti kasus ini di Depok, pada tahun ini Komnas mendapatkan temuan bahwa banyak ABG yang suka sama sesama jenis kelamin, khususnya perempuan dengan perempuan", kata Aris Merdeka Sirait dari Komnas Perlindungan Anak Indonesia.
Selanjutnya Aris Merdeka Sirait mengungkap, dikatakannya : "Hal ini terjadi karena pemahaman seks yang tidak benar kepada anak-anak, sehingga mengakibatkan mereka terjerumus dan mencoba sesuatu yang melanggar Nilai dan Norma. Semestinya, pendidikan seks yang benar perlu diberikan semenjak usia dini dan dilakukan didalam rumah oleh orang tua. Sebab dunia pendidikan (sekolah) dan pemerintah kurang memperhatikan soal pendidikan seks yang benar", kata Aris Merdeka Sirait.
Pendidikan seks menurut Aris Merdeka Sirait, juga sangat perlu diberikan kepada anak-anak untuk menekan penyebaran HIV Aids yang kini sangat memprihatinkan di kalangan anak-anak. Menurut catatan Kementerian Kesehatan tahun 2012, jumlah remaja yang ter-infeksi HIV Aids kelompok usia 15 s/d 24 tahun berjumlah 3.661 kasus. Dengan maraknya virus lesbianisme, kini Kota Depok di cap sebagai Kota Lesbi dan Kota Seks Bebas. Data terbaru yang di rilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, juga tidak kalah memprihatinkan. Pada Januari 2013 s/d Juni 2013 tercatat 1.996 kasus Infeksi HIV Aids yang baru dari kelompok yang sama. Ini harus menjadi perhatian kita bersama, ujar Aris Merdeka Sirait menegaskan.
Menyikapi hal ini, Dr. Rizki Azenda, Ketua PAOGI (Persatuan Anggota Muda Obstetri dan Ginekologi) pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, merasa sangat prihatin, dikatakannya : "Mengingat sampai saat ini infeksi akibat virus HIV Aids belum ada penangkalnya. Pengetahuan dan pemahaman yang memadai bagi para ibu akan kesehatan seksual dan reproduksi sangatlah penting untuk pencegahan Infeksi HIV Aids di kalangan generasi masa depan", kata Dr. Rizki Azenda.
Selanjutnya Dr. Rizki Azenda mengatakan : "Seorang Ibu dapat menjadi sumber informasi terbaik dan juga 'gatekeepers' bagi anak-anak mereka. Komunikasi yang baik dapat mengarahkan remaja kepada hal-hal yang positif", ujar Rizki Azenda. (ASP) - cec.
Sumber : NONSTOP.