TANPA DPR, REPUBLIK INDONESIA AKAN SEJAHTERA :
Hal itu disampaikan Prof. Dr. Sofjan Siregar di Den Haag menanggapi
maraknya kembali studi banding rombongan-rombongan anggota DPR ke
berbagai benua, Minggu (26/8/2012).
Ratusan triliun uang rakyat
dari pajak dihisap oleh anggota DPR tanpa ada hasil dan feedback
signifikan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa mereka pun
tidak akan terjadi stagnasi demokrasi di Indonesia," ujar Prof DR Sofjan
Siregar yang dilansir dari 'detik'..
Sofjan mengingatkan
bukankah uang untuk membiayai para anggota DPR dan dihambur - hamburkan
itu bersumber dari pajak jerih payah rakyat dan utang negara, yang
lagi-lagi beban utang itu akan dipikulkan juga di pundak rakyat dan
rakyat yang menanggungnya.
Lanjut Sofjan, meskipun rasionya 26,9%
dari PDB dan selalu dikatakan aman, namun utang Indonesia pada semester
pertama tahun ini bertambah Rp 146,59 triliun, sehingga total utangnya
menjadi Rp 1.950,08 triliun. DPR malah bergaya hidup seolah-olah
Indonesia tak punya utang segudang. "DPR memang pilar negara demokrasi,
namun karena DPR telah terbukti menjadi lembaga terkorup, menjadi beban,
hanya menjadi dekorasi demokrasi, maka sudah saatnya untuk melakukan
terobosan hukum membubarkan DPR dan lembaga DPRD di daerah-daerah,"
cetus Sofjan.
Menurut Sofjan, setelah DPR dan DPRD dibubarkan,
maka fungsi dan tugasnya diserahkan kepada DPD, sehingga negara bisa
menghemat uang pajak ratusan triliun rupiah per tahun, yang bisa
digunakan untuk menciptakan lapangan kerja baru atau mempercepat
pelunasan utang. "Negara demokrasi bisa eksis dengan satu kamar tanpa
dua kamar seperti Belanda dan Inggris," imbuh Sofjan.
Sofjan
menyoroti, bahwa selain gaya hidup dan skandal-skandal korupsi DPR,
biaya untuk mengongkosi mereka selama ini ternyata juga terlalu
berlebihan. Total jenderal ratusan triliun uang rakyat dihabiskan untuk
menanggung tetek bengek fasilitas, tunjangan, gaji, rumah dinas, mobil,
dll dari DPR sampai DPRD.
"Anggaran dan biaya DPR terlalu super mewah, melebihi parlemen di berbagai negara kaya di dunia. Di Belanda gaji seorang anggota parlemen tidak lebih dari EUR 5000 netto, padahal living cost di Belanda jauh lebih mahal dari Indonesia," papar Sofjan.
"Anggaran dan biaya DPR terlalu super mewah, melebihi parlemen di berbagai negara kaya di dunia. Di Belanda gaji seorang anggota parlemen tidak lebih dari EUR 5000 netto, padahal living cost di Belanda jauh lebih mahal dari Indonesia," papar Sofjan.
Hemat Sofjan, lembaga perwakilan tidak mesti full time, cukup part time
seperti gemeente raad di Belanda dan negara lainnya. Untuk tingkat
daerah tidak perlu diberi fasilitas rumah dan kendaraan dan fasilitas
tetek bengek, cukup diberi honor setiap ada rapat dan tugas. "Dengan
postur rasional seperti itu, negara selain akan menghemat ratusan
triliun, juga sekaligus mendidik agar orang tidak rebutan menjadi wakil
rakyat. Mereka yang mau menjadi wakil rakyat adalah yang benar-benar
ingin berbakti kepada negara," terang Sofjan.
Untuk
merealisasikan hal itu, Sofjan mendorong agar dilakukan amandemen semua
Undang- undang Pemilu dan Undang-undang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
"Persoalannya mau tidak mereka kehilangan segala kemewahan dan siap
mengabdi pada negara dengan imbalan minimalis rasional, sesuai kadar
kerjanya, seperti wakil-wakil rakyat di Belanda dan Eropa umumnya,"
pungkas Sofjan. (*)
Sumber : detik.com