Sabtu, 15 September 2012
JOKOWI GUBERNUR BARU DKI JAKARTA
CEC : HASIL survei yang dilakukan Indonesia Network Elections Survey 
(INES) memperkirakan pasangan Jokowi Widodo-Basuki Tjahaja Purnama akan 
memenangi putaran kedua pilkada gubernur DKI Jakarta pada 20 September 
2012.
 “Hasil survei menyebutkan 72,48 persen akan memilih pasangan 
Joko Widodo dan Basuki. Sementara yang memilih pasangan Fauzi Bowo 
-Nachrowi Ramli hanya 27,52 persen,” ujar Direktur Eksekutif INES 
Sutisna Tri Sasono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat 14 
September 2012.
 Survei yang dilakukan 28 Agustus hingga 9 September 
dilakukan terhadap masyarakat DKI Jakarta dengan berbagai latar 
belakang. Disebutkan survei dilakukan terhadap 10.000 responden penduduk
 Jakarta, tetapi yang berhasil dianalisa hanya 9.720 responden. 
Pemilihan responden dilakukan dengan metode “multistage random sampling”
 (acak bertingkat). Responden berasal dari 82 Kelurahan di seluruh 
Provinsi DKI Jakarta yang terdistribusi secara proporsional. Responden 
terpilih diwawancarai melalui tatap muka oleh pewawancara yang telah 
dilatih. Dengan jumlah 10.000 responden, katanya, dan menambahkan 
toleransi kesalahan sebesar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 98 
persen.
 Koordinator Bidang Komunikasi dan Media Center Tim Kampanye 
Jokowi-Basuki Budi Purnomo Karjodihardjo menyambut baik hasil survei 
tersebut. Warga Jakarta, katanya, mengharapkan figur baru dalam memimpin
 Jakarta lima tahun ke depan. Ia mengharapkan warga Jakarta tidak 
terpecah belah dengan isu-isu yang bisa menimbulkan provokasi. Budi juga
 mengharapkan masyarakat Jakarta cerdas dalam memilih gubernur pada 
putaran kedua nanti.(ant/hms) - cy.
FOKE TIDAK MAU DI INTERUPSI
CEC : Debat cagub-cawagub DKI Jakarta putaran kedua dimulai. Cagub 
incumbent Fauzi Bowo (Foke) mendapat giliran pertama menyampaikan 
pemaparan soal rencana pembangunan infrastruktur. Namun, saat memberi 
pemaparan dan menjawab pertanyaan panelis, Foke tidak mau diinterupsi.
 "Mohon jangan diinterupsi dulu, waktu saya terbatas," kata Foke kepada 
panelis, Yayat Supriyatna, dalam debat cagub-cawagub DKI di Hotel Grand 
Melia, Jakarta Selatan, Jumat (14/9) malam.
 Saat itu, Foke sedang 
menjawab pertanyaan Yayat sebelumnya soal tertundanya proyek monorel. 
Menurut pria berkumis itu, kendala pembangunan monorel adalah pada 
investor. "Kegagalan pada investor," ujar Foke, yang mengenakan baju 
koko warna putih. Dalam kesempatan itu, Foke juga memaparkan sejumlah 
hal yang menurutnya adalah prestasi selama dia menjabat lima tahun 
terakhir. Salah satunya adalah berkurangnya banjir. [ren] - cy.
KARTU SEHAT DAN KARTU PINTAR
CEC : Reporter MERDEKA.com, Baiquni - Dalam debat cagub-cawagub DKI 
malam ini, Joko Widodo (Jokowi) kembali membawa 'kartu sehat' dan 'kartu
 pintar' yang diklaim sebagai prestasinya membangun Solo. Jokowi 
mengatakan, karena kartu itu pulalah dia bisa memenangkan kembali 
Pilkada Solo dengan 91 persen suara.
 "Saya terpilih pertama dengan 
37 persen, karena dua kartu ini saya mendapat 91 persen. Kalau Jakarta 
punya dua kartu ini dari dulu, mungkin Pak Fauzi Bowo bisa menang di 
putaran pertama dengan 91 persen juga," kata Jokowi dalam debat 
cagub-cawagub DKI di Hotel Gran Melia, Jakarta Selatan, Jumat (14/9) 
malam.
 Jokowi menjelaskan kartu sehat yang ia sudah diterapkan di 
Solo tidak hanya bisa untuk berobat penyakit biasa. "Cuci darah dan 
kemoterapi kanker juga dilayani," kata Jokowi yang berjanji menerapkan 
hal yang sama jika ia terpilih menjadi gubernur DKI. Dalam pemaparannya,
 Jokowi mengatakan, tidak akan memprioritaskan pembangunan mal-mal dan 
pusat perbelanjaan. Kader PDI Perjuangan ini akan lebih fokus membangun 
usaha-usaha produktif. "Saya muter-muter 70 persen pasar di Jakarta, 
becek, bau, kotor. Kita harus bangun sebuah pasar tradisional dengan 
manajemen profesional, yang semuanya berorientasi pada pelayanan 
masyarakat," kata Jokowi dengan kemeja kotak-kotaknya. [ren] - cy.
Minggu, 09 September 2012
TERORIS DI DEPOK... TERORIS bersarang di DEPOK..TERORIS NYAMAN DI DEPOK...
CEC : Kamilah Setyaningsih, melaporkan :  Baru sekarang Depok digemari sebagai tempat persembunyian para teroris. 
Setelah di Taman Anyelir GDC (Perumahan yg msh sepi dan belum punya IBM 
dan Piel Banjir itu : Perijinan di caloin orang Walikota bernama BJ itu )
 dan Semalam di jalan Kecipir, Depok Utara.
 
 Depok Makin subur 
dengan kelompok kanan garis keras. Padahal di Depok , si Walikota Jor 
...joran kasih gaji ( uang insentif ke RT dan RW).. tetap saja 
pengawasan dan pendataan penduduk masih tak dilakukan. Atau jangan 
jangan, insentif ke RT dan RW malamh ditujukan utk memperlemah 
pengawasan penduduk ditingkat bawah.. Depok kini, jadi subur dengan 
kelompok ekstrem kanan.
 
 Apa karena sejarah dari sang walikota, 
yang dahulunya adalah termasuk kelompok garis keras itu ( Lihat kelompok
 Tarbiyah yang merubah diri menjadi PArtai Keadilan dan kini PKS).
 
 Lihat saja kasus ketika dirinya menjadi Menteri Kehutanan dan 
Perkebunan. Nurmahmudi berani menabrak berbagai aturan untuk sekedar 
meloloskan Soeripto lolos jadi Sekjendnya dan APALAGI CUMA DI DEPOK.. 
ATURAN APAPUN DIA TABRAK untuk kepentingan dirinya.
 
 YANG 
DISAYANGKAN.. PENYIDIKAN terkait KELAKUAN NURMAHMUDI berthenti.. SETELAH
 PEMERIKSAAN terhadap SOERIPTO... NURMAHMUDI MELENGGANG dan belum 
diperiksa hingga kini..
 
 DAHULU...Polda Metro Jaya menahan 
Soeripto seorang mantan anggota intelejen yang kemudian menjabat menjadi
 sekjen Dephutbun pada masa pemerintahan Presiden K.H Abdurrahman 
Wahid.Tuduhan yang dikenakan terhadapnya adalah berkaitan dengan dugaan 
korupsi dan mark up pembelian dua helikopter bekas tipe Bell 412 pada 
tanggal 14 Desember 2000 sebesar Rp 84,69 miliar yang kemudian 
menggelembung lagi menjadi 93 miliar padahal harga helikopter baru 
sejenis sebuahnya cuma seharga 39 miliar rupiah. Sekitar tiga bulan 
kemudian, salah satu helikopter tersebut jatuh di Gunung Burangrang , 
Subang.
 
 Kejanggalan lainnya adalah tender senilai 50 miliar 
keatas berdasarkan Kepres no 18/2000 seharusnya dilakukan oleh pejabat 
setingkat Mentri tidak bisa oleh seorang pejabat eselon satu.Tapi 
mengapa tender itu dilakukan oleh Soeripto , ada kesan bahwa Nurmahmudi 
berusaha melindungi dirinya sendiri dengan bertindak di balik layar.
 
 Dugaan ini diperkuat oleh penomoran registrasi kedua helikopter 
tersebut yang menggunakan nomor registrasi pribadi yaitu PK-NMI 
(singkatan Nurmahmudi Ismail) dan PK-SPT (singkatan Soeripto) , hal ini 
merupakan sebuah keanehan karena kedua helikopter itu dibeli untuk 
keperluan operasional dinas/instansi bukan pribadi.Selain itu helikopter
 yang dibeli tersebut juga ditengarai digunakan Tommy Soeharto untuk 
melarikan diri (lihat Kompas , 17 Maret 2001).
 
 Suripto seorang 
mantan pejabat intelejen di BAKIN yang juga merupakan salah seorang 
deklarator Partai Keadilan diangkat menjadi SekJen Dephutbun pada 
tanggal 31 Desember 1999 saat Nurmahmudi Ismail yang juga Presiden 
Partai Keadilan diangkat menjadi Mentri Kehutanan dan Perkebunan pada 
masa pemerintahan K.H Abdurrahman Wahid.Ia kemudian akhirnya 
diberhentikan pada tanggal 27 Maret 2001.
 
 Pengangkatan Suripto 
sendiri menebarkan aroma KKN serta memancing protes bebrbagai kalangan 
mulai dari para karyawan Dephutbun juga sejumlah LSM. Nurmahmudi 
dituding menabrak sejumlah peraturan demi menempatkan Suripto dalam 
posisi itu.Diantaranya adalah UU Pokok Kepegawaian No 43/1999 yang 
memberi aturan bahwa pejabat eselon satu seharusnya diambil dari pejabat
 karier dan berdasarkan PP No.15/1994 untuk pengajuan pejabat eselon 
satu seorang mentri harus mengajukan tiga nama calon dan kemudian baru 
diputuskan oleh tim evaluasi jabatan sementara Nurmahmudi langsung 
menetapkan sendiri satu nama tunggal yaitu Soeripto yang bukan pejabat 
karier di lingkungan dephutbun selain itu ia juga tidak memiliki latar 
belakang dan kualifikasi memadai dalam bidang kehutanan dan perkebunan 
untuk memegang jabatan tersebut , aturan lain yang ditabrak Nurmahmudi 
adalah menyangkut usia sebagaimana yang ditetapkan dalam UU No 43/1999 
dimana usia pejabat eselon satu itu maksimal adalah 60 tahun sementara 
ketika diangkat usia Suripto sudah 63 tahun.
 
 Pria kelahiran 
Cirebon, 20 November 1936 merupakan salah seorang aktivis GMSOS (Gerakan
 Mahasiswa Sosialis) sejak tahun 1957 .Pada masa penggulingan Orla , 
Soeripto terlibat sebagai tukang “bakar” mahasiswa untuk menghancurkan 
PKI. Ia kemudian direkrut dan dilatih menjadi anggota intelejen dan 
akhirnya bertugas di BAKIN (Badan Administrasi dan Koordinasi Intelejen 
Nasional) dan sempat duduk sebagai staf Kepala Bakin dan Sekretaris 
Lembaga Studi Strategis/Wanhankamnas , pada tahun 1981 ia memimpin 
delegasi ke China untuk normalisasi hubungan China dan Indonesia.Dan 
sejak tahun 1986 sampai tahun 2000 ia menduduki posisi sebagai Ketua Tim
 Penanganan Masalah Khusus DIKTI/Depdikbud yang menangani masalah 
kemahasiswaan , dimana ia kemudian terlibat sebagai salah satu tokoh di 
balik layar yang melakukan operasi intelejen di masjid masjid kampus 
untuk menjinakkan dan menyeragamkan organisasi-organisasi dakwah kampus 
melalui Gerakan Tarbiyah yang dikemudian hari bertransformasi menjadi 
Partai Keadilan dan KAMMI. Keterlibatan Soeripto dalam Gerakan Tarbiyah 
sejak awal 80 an sendiri dibenarkan oleh Fahri Hamzah Ketua Umum KAMMI 
pusat (Republika , 28 November 2002).
 
 Gerakan Tarbiyah sendiri 
merupakan sebuah rekayasa operasi intelejen sejak akhir 70 an untuk 
“mempersatukan” kelompok-kelompok Islam radikal dan menjinakkannya serta
 menempatkannya dalam kontrol dan kendali pemerintah .Keberhasilan 
operasi inilah yang mengantarkan Soeripto menduduki jabatan di 
DKTI/Depdikbud tersebut selama 14 tahun.Dan selama Soeripto menduduki 
jabatan itulah Gerakan Tarbiyah yang bergerak dengan sistim sel khas 
operasi intelejen dengan cepatnya berhasil mengembangan sistim jaringan 
yang kuat di organisasi organisasi dakwah kampus bahkan secara total 
menguasainya pada awal 90 an , diantaranya adalah kudeta di Salman ITB 
Bandung pada tahun 1994 yang melibatkan sejumlah tokoh-tokoh intelejen. 
Jadi tidaklah terlalu mengherankan kalau tokoh-tokoh Islam Fundamentalis
 termasuk para pimpinan Partai Keadilan dan KAMMI dekat dengan kalangan 
militer dan intelejen.
 
 Kerusuhan Sampit
 
 Kejahatan duet
 Nurmahmudi – Suripto sebetulnya bukan cuma kasus korupsi dan mark up 
pembelian helikopter.Kasus itu cuma kasus kecil saja dan tidak ada 
apa-apanya dibanding kejahatan mereka yaitu menumpahkan darah ribuan 
orang tidak berdosa dalam kerusuhan Sampit dan beberapa kasus 
pengeboman.
 
 Nurmahmudi Ismail dari jabatannya oleh Presiden 
Abdurrahman Wahid pada tanggal 16 Maret 2001 , alasan pemecatannya 
sendiri diakibatkan oleh penolakannya untuk memecat Suripto yang 
dituding merencanakan perbuatan makar serta mengemukakan bahwa salah 
satu alasannya adalah karena Nurmahmudi Ismail berada di belakang aksi 
KAMMI untuk mendongkel dirinya. Beberapa hari kemudian ketika Soeripto 
dipecat Gus Dur pun juga mengungkapkan alasan pemecatatannya yaitu 
karena terlibat upaya makar dan yang paling penting lagi Gus Dur menuduh
 Suripto berada di balik kasus Sampit (Media Indonesia , 24 Maret 2001)
 
 Kasus Sampit sebagaimana kerusuhan-kerusuhan lain di berbagai daerah 
seperti Maluku , Poso , Papua , Aceh dll sebetulnya bukan konflik 
horizontal murni melainkan buntut pertikaian elite politik di Jakarta 
yang menjadikan nyawa ribuan rakyat yang tidak berdosa sebagai 
tumbalnya.
 
 Kasus Sampit pada dasarnya bukanlah dipicu oleh 
konflik antar etnis Dayak dan Madura melainkan oleh perebutan lahan HPH 
oleh elite-elite politik dan militer di Jakarta. Izin HPH merupakan 
tambang emas bagi siapa saja yang memilikinya karena bisa menghasilkan 
uang sampai puluhan miliar rupiah per bulannya. Karena itulah menguasai 
lahan HPH bisa berarti juga memiliki kekuasaan yang besar dalam 
menentukan nasib Republik ini.
 
 Karena itulah seiring dengan 
jatuhnya Soeharto , dengan cepat pula para elite politik termasuk 
kelompok-kelompok Islam radikal berusaha pula menguasai asset-aset 
tersebut.
 
 Sebagaimana pendahulunya Muslimin Nasution , 
Nurmahmudi juga sangat royal mengeluarkan izin HPH baru.Rata-rata setiap
 bulannya Nurmahmudi mengeluarkan 2-5 izin HPH baru yang sebagian 
besarnya diberikan pada kroni-kroninya dan kalangan militer, sementara 
pendahulunya Muslimin Nasution yang juga dikenal dekat dengan kelompok 
radikal Islam mengeluarkan 51 izin HPH baru hanya dalam tempo 90 hari.
 
 Padahal penerbitan HPH baru setidaknya memerlukan waktu 200 hari kerja 
dengan perincian tahap survey , amdal , penetapan wilayah penebangan 
dsb.Kerakusan duet Nurmahmudi-Suripto dalam membagi bagi wilayah 
penguasaan hutan pada kroni-kroninya semakin menambah daftar panjang 
kerusakan hutan alam di Indonesia. Penerbitan HPH-HPH baru ini juga 
beriringan dengan meningkatnya arus penyeludupan kayu gelondongan (log) 
dalam jumlah besar ke luar negri. Presiden Gus Dur waktu itu menuding 
penyelundupan itu dilakukan oleh Soeripto dan beberapa petinggi militer 
untuk membiayai operasi untuk memicu kerusuhan di Sampit.
 
 
Penerbitan-penerbitan HPH baru ini juga akhirnya menajamkan friksi 
dengan kelompok-kelompok pemegang HPH lama.Friksi inilah yang kemudian 
memicu konflik dengan menggunakan isu etnis.
 
 Keterlibatan 
unsur-unsur militer dalam kerusuhan Sampit juga terlihat dengan tidak 
diterjunkannya pasukan khusus dalam mengatasi konflik tersebut.Padahal 
pengiriman pasukan itu hanya memerlukan waktu 2-3 jam saja.Misalnya saja
 Skadron Pakshas 461 dan 465 (total 1.000 tentara bersenjata lengkap) 
yang bermarkas di Lanud Halim hanya sepuluh langkah didepan hanggar 
Skadron Udara 31 yang memiliki 9 buah pesawat Hercules dimana sebuahnya 
mampu mengangkut 135 pasukan. Skuadron Udara 31 sendiri memiliki 
kualifikasi dan kemampuan untuk melakukan scramble (terbang segera) yang
 bisa dilakukan dalam tempo 35 menit . Ini termasuk menyalakan 
mesin-mesin secara serentak dan memanasinya (karena ditenagai mesin 
turboprop Hercules butuh sekitar 15-20 menit pemanasan sebelum take-off)
 serta memuat (uploading) pasukan dan peralatan tempur. Proses lepas 
landas kesembilan Hercules tersebut bisa dilakukan dalam tempo 25-40 
menit dan Sampit dapat ditempuh dalam tempo 85 menit. Dan dalam tempo 2 x
 85 menit tersebut 1.000 pasukan Kopassus bisa diangkut dari Cijantung 
ke Halim dengan 28 unit Helikopter NBell-412 dalam dua sorti dimana satu
 sortinya memakan waktu 35 menit. Ini belum lagi skuadron udara 32 yang 
memiliki 10 Hercules dan bermarkas di Madiun.
 
 Jadi sebetulnya 
tidak ada alasan mengenai keterlambatan dan ketidakmampuan TNI untuk 
mengirim pasukan kesana kecuali mereka sendiri (catatan sejumlah 
jendral) terlibat dalam peristiwa itu
 
 Sehingga tidak 
mengherankan kalau Gus Dur langsung menuding Soeripto dan sejumlah 
petinggi intelejen dan militer lainnya sebagai dalang peristiwa 
tersebut. Selain itu Gus Dur juga menuding Soeripto sebagai dalang 
kerusuhan berdarah di wilayah lainnya di Indonesia seperti Maluku , Poso
 dan Papua.
 
 Pengakuan kelompok Coker baru-baru ini yang 
menyatakan mereka dilatih dan dibiayai Kopassus dalam membuat dan memicu
 kerusuhan di Maluku semakin memperkuat keterlibatan intelejen dan rogue
 elements di dalam TNI AD terutama di dalam tubuh Kopassus dan Kostrad 
dalam berbagai aksi kerusuhan berbau SARA di Indonesia.
 
 Pemboman di Parkir Timur Senayan
 
 Pada tanggal 29 April 2001 sebuah bom meledak di pintu sektor VII 
Parkir Timur Senayan ketika sedang dilangsungkan acara Istigotsah 
Nahdlatul Ulama, delapan orang mengalami cedera. Dan esoknya tim serse 
Polda Metor Jaya setelah memeriksa sejumlah saksi menangkap tiga orang 
tamu yang menginap di Hotel Cemara Jl. H.O.S.Cokroaminoto no 1, Menteng,
 Jakarta Pusat. Ketiganya adalah Asep Saefullah, 38 tahun, Ahmad 
Paradis, 37 tahun, dan Agus Julianto, 32 tahun.Tiga orang ini bukanlah 
orang yang dikenal publik, tapi dari penangkapan tiga orang ini polisi 
mengembangkan penyelidikan dan akhirnya menangkap Fakih Munawar dan 
Derry yang juga merupakan mantan ajudan dan tangan kanan Nurmahmudi 
Ismail ketika menjabat sebagai Mentri Kehutanan dan Perkebunan.
 
 Kasus ini akhirnya juga menyeret nama Suripto karena tiga orang pelaku 
pengeboman tersebut menginap di kamar nomor 311 dan 434 Hotel Cemara 
yang ternyata disewa atas nama Suripto. Sehingga pada tanggal 1 Mei 2001
 dengan dipimpin oleh Kepala Unit Kejahatan dan Kekerasan Ditserse Polda
 Metro Jaya, Komisaris Polisi Tagam Sinaga, Suripto pun ditangkap.
 
 Tapi Suripto dibebaskan dua hari kemudian dan cuma dikenai wajib lapor 
setiap hari selasa, dan beberapa jam kemudian Asep dkk pun ikut 
dibebaskan. Akan tetapi Soeripto pun dikenai tuduhan baru yaitu menjual 
rahasia negara kepada pihak asing melalui Lesperssi (Lembaga Studi 
Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia) sebuah lembaga study yang 
ditengarai banyak berhubungan dengan agen rahasia asing. Walaupun tidak 
jelas dokumen rahasia apa yang dituduhkan dijual oleh Suripto tapi 
sejumlah sumber menyebutkan bahwa yang dijual tersebut adalah 
dokumen-dokumen rahasia militer dan peta udara. Selama kurun waktu 
2000-2001 banyak terjadi penyusupan pesawat-pesawat mata-mata militer 
asing ke dalam wilayah udara Indonesia yang tidak mampu terpantau oleh 
sistim radar maupun pesawat dan kapal-kapal patroli TNI termasuk 
penyusupan personel militer asing , kegiatan pelatihan kelompok militan 
oleh instruktur militer asing dan penyelundupan senjata serta bahan 
peledak.
 
 Akan tetapi kasus inipun menguap begitu saja seiring 
dengan semakin menajamnya pertikaian elite politik dan kejatuhan Gus Dur
 dari kursi kepresidenannya.
 
 Kedekatan kaum fundamentalis Islam
 dengan kalangan militer dan intelejen seharusnya mulai diwaspadai oleh 
kita bersama. Pengikut utama kalangan ini bukanlah kaum santri melainkan
 kaum abangan yang diarahkan untuk menjadi fanatik dan radikal.Dan 
mereka lebih pada dasarnya tidak memperjuangkan Islam melainkan 
cenderung untuk merusak nama Islam melalui aksi-aksi kekerasan maupun 
terorisme yang dilatarbelakangi oleh kepentingan elite politik dan 
militer tertentu.
 
 Keterlibatan aktif organisasi-organisasi 
Islam radikal dalam berbagai aksi kerusuhan berdarah rata-rata 
ditunggangi oleh militer. Sehingga nampak jelas bahwa mereka hanyalah 
bidak untuk menjalankan “dirty operation” demi kepentingan militer dan 
unsur-unsur orba dan agama hanya dijadikan tameng bagi mereka untuk 
menutupi tangan tangan kotor mereka.(He-Man) - cy.
Depok Makin subur dengan kelompok kanan garis keras. Padahal di Depok , si Walikota Jor ...joran kasih gaji ( uang insentif ke RT dan RW).. tetap saja pengawasan dan pendataan penduduk masih tak dilakukan. Atau jangan jangan, insentif ke RT dan RW malamh ditujukan utk memperlemah pengawasan penduduk ditingkat bawah.. Depok kini, jadi subur dengan kelompok ekstrem kanan.
Apa karena sejarah dari sang walikota, yang dahulunya adalah termasuk kelompok garis keras itu ( Lihat kelompok Tarbiyah yang merubah diri menjadi PArtai Keadilan dan kini PKS).
Lihat saja kasus ketika dirinya menjadi Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Nurmahmudi berani menabrak berbagai aturan untuk sekedar meloloskan Soeripto lolos jadi Sekjendnya dan APALAGI CUMA DI DEPOK.. ATURAN APAPUN DIA TABRAK untuk kepentingan dirinya.
YANG DISAYANGKAN.. PENYIDIKAN terkait KELAKUAN NURMAHMUDI berthenti.. SETELAH PEMERIKSAAN terhadap SOERIPTO... NURMAHMUDI MELENGGANG dan belum diperiksa hingga kini..
DAHULU...Polda Metro Jaya menahan Soeripto seorang mantan anggota intelejen yang kemudian menjabat menjadi sekjen Dephutbun pada masa pemerintahan Presiden K.H Abdurrahman Wahid.Tuduhan yang dikenakan terhadapnya adalah berkaitan dengan dugaan korupsi dan mark up pembelian dua helikopter bekas tipe Bell 412 pada tanggal 14 Desember 2000 sebesar Rp 84,69 miliar yang kemudian menggelembung lagi menjadi 93 miliar padahal harga helikopter baru sejenis sebuahnya cuma seharga 39 miliar rupiah. Sekitar tiga bulan kemudian, salah satu helikopter tersebut jatuh di Gunung Burangrang , Subang.
Kejanggalan lainnya adalah tender senilai 50 miliar keatas berdasarkan Kepres no 18/2000 seharusnya dilakukan oleh pejabat setingkat Mentri tidak bisa oleh seorang pejabat eselon satu.Tapi mengapa tender itu dilakukan oleh Soeripto , ada kesan bahwa Nurmahmudi berusaha melindungi dirinya sendiri dengan bertindak di balik layar.
Dugaan ini diperkuat oleh penomoran registrasi kedua helikopter tersebut yang menggunakan nomor registrasi pribadi yaitu PK-NMI (singkatan Nurmahmudi Ismail) dan PK-SPT (singkatan Soeripto) , hal ini merupakan sebuah keanehan karena kedua helikopter itu dibeli untuk keperluan operasional dinas/instansi bukan pribadi.Selain itu helikopter yang dibeli tersebut juga ditengarai digunakan Tommy Soeharto untuk melarikan diri (lihat Kompas , 17 Maret 2001).
Suripto seorang mantan pejabat intelejen di BAKIN yang juga merupakan salah seorang deklarator Partai Keadilan diangkat menjadi SekJen Dephutbun pada tanggal 31 Desember 1999 saat Nurmahmudi Ismail yang juga Presiden Partai Keadilan diangkat menjadi Mentri Kehutanan dan Perkebunan pada masa pemerintahan K.H Abdurrahman Wahid.Ia kemudian akhirnya diberhentikan pada tanggal 27 Maret 2001.
Pengangkatan Suripto sendiri menebarkan aroma KKN serta memancing protes bebrbagai kalangan mulai dari para karyawan Dephutbun juga sejumlah LSM. Nurmahmudi dituding menabrak sejumlah peraturan demi menempatkan Suripto dalam posisi itu.Diantaranya adalah UU Pokok Kepegawaian No 43/1999 yang memberi aturan bahwa pejabat eselon satu seharusnya diambil dari pejabat karier dan berdasarkan PP No.15/1994 untuk pengajuan pejabat eselon satu seorang mentri harus mengajukan tiga nama calon dan kemudian baru diputuskan oleh tim evaluasi jabatan sementara Nurmahmudi langsung menetapkan sendiri satu nama tunggal yaitu Soeripto yang bukan pejabat karier di lingkungan dephutbun selain itu ia juga tidak memiliki latar belakang dan kualifikasi memadai dalam bidang kehutanan dan perkebunan untuk memegang jabatan tersebut , aturan lain yang ditabrak Nurmahmudi adalah menyangkut usia sebagaimana yang ditetapkan dalam UU No 43/1999 dimana usia pejabat eselon satu itu maksimal adalah 60 tahun sementara ketika diangkat usia Suripto sudah 63 tahun.
Pria kelahiran Cirebon, 20 November 1936 merupakan salah seorang aktivis GMSOS (Gerakan Mahasiswa Sosialis) sejak tahun 1957 .Pada masa penggulingan Orla , Soeripto terlibat sebagai tukang “bakar” mahasiswa untuk menghancurkan PKI. Ia kemudian direkrut dan dilatih menjadi anggota intelejen dan akhirnya bertugas di BAKIN (Badan Administrasi dan Koordinasi Intelejen Nasional) dan sempat duduk sebagai staf Kepala Bakin dan Sekretaris Lembaga Studi Strategis/Wanhankamnas , pada tahun 1981 ia memimpin delegasi ke China untuk normalisasi hubungan China dan Indonesia.Dan sejak tahun 1986 sampai tahun 2000 ia menduduki posisi sebagai Ketua Tim Penanganan Masalah Khusus DIKTI/Depdikbud yang menangani masalah kemahasiswaan , dimana ia kemudian terlibat sebagai salah satu tokoh di balik layar yang melakukan operasi intelejen di masjid masjid kampus untuk menjinakkan dan menyeragamkan organisasi-organisasi dakwah kampus melalui Gerakan Tarbiyah yang dikemudian hari bertransformasi menjadi Partai Keadilan dan KAMMI. Keterlibatan Soeripto dalam Gerakan Tarbiyah sejak awal 80 an sendiri dibenarkan oleh Fahri Hamzah Ketua Umum KAMMI pusat (Republika , 28 November 2002).
Gerakan Tarbiyah sendiri merupakan sebuah rekayasa operasi intelejen sejak akhir 70 an untuk “mempersatukan” kelompok-kelompok Islam radikal dan menjinakkannya serta menempatkannya dalam kontrol dan kendali pemerintah .Keberhasilan operasi inilah yang mengantarkan Soeripto menduduki jabatan di DKTI/Depdikbud tersebut selama 14 tahun.Dan selama Soeripto menduduki jabatan itulah Gerakan Tarbiyah yang bergerak dengan sistim sel khas operasi intelejen dengan cepatnya berhasil mengembangan sistim jaringan yang kuat di organisasi organisasi dakwah kampus bahkan secara total menguasainya pada awal 90 an , diantaranya adalah kudeta di Salman ITB Bandung pada tahun 1994 yang melibatkan sejumlah tokoh-tokoh intelejen. Jadi tidaklah terlalu mengherankan kalau tokoh-tokoh Islam Fundamentalis termasuk para pimpinan Partai Keadilan dan KAMMI dekat dengan kalangan militer dan intelejen.
Kerusuhan Sampit
Kejahatan duet Nurmahmudi – Suripto sebetulnya bukan cuma kasus korupsi dan mark up pembelian helikopter.Kasus itu cuma kasus kecil saja dan tidak ada apa-apanya dibanding kejahatan mereka yaitu menumpahkan darah ribuan orang tidak berdosa dalam kerusuhan Sampit dan beberapa kasus pengeboman.
Nurmahmudi Ismail dari jabatannya oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 16 Maret 2001 , alasan pemecatannya sendiri diakibatkan oleh penolakannya untuk memecat Suripto yang dituding merencanakan perbuatan makar serta mengemukakan bahwa salah satu alasannya adalah karena Nurmahmudi Ismail berada di belakang aksi KAMMI untuk mendongkel dirinya. Beberapa hari kemudian ketika Soeripto dipecat Gus Dur pun juga mengungkapkan alasan pemecatatannya yaitu karena terlibat upaya makar dan yang paling penting lagi Gus Dur menuduh Suripto berada di balik kasus Sampit (Media Indonesia , 24 Maret 2001)
Kasus Sampit sebagaimana kerusuhan-kerusuhan lain di berbagai daerah seperti Maluku , Poso , Papua , Aceh dll sebetulnya bukan konflik horizontal murni melainkan buntut pertikaian elite politik di Jakarta yang menjadikan nyawa ribuan rakyat yang tidak berdosa sebagai tumbalnya.
Kasus Sampit pada dasarnya bukanlah dipicu oleh konflik antar etnis Dayak dan Madura melainkan oleh perebutan lahan HPH oleh elite-elite politik dan militer di Jakarta. Izin HPH merupakan tambang emas bagi siapa saja yang memilikinya karena bisa menghasilkan uang sampai puluhan miliar rupiah per bulannya. Karena itulah menguasai lahan HPH bisa berarti juga memiliki kekuasaan yang besar dalam menentukan nasib Republik ini.
Karena itulah seiring dengan jatuhnya Soeharto , dengan cepat pula para elite politik termasuk kelompok-kelompok Islam radikal berusaha pula menguasai asset-aset tersebut.
Sebagaimana pendahulunya Muslimin Nasution , Nurmahmudi juga sangat royal mengeluarkan izin HPH baru.Rata-rata setiap bulannya Nurmahmudi mengeluarkan 2-5 izin HPH baru yang sebagian besarnya diberikan pada kroni-kroninya dan kalangan militer, sementara pendahulunya Muslimin Nasution yang juga dikenal dekat dengan kelompok radikal Islam mengeluarkan 51 izin HPH baru hanya dalam tempo 90 hari.
Padahal penerbitan HPH baru setidaknya memerlukan waktu 200 hari kerja dengan perincian tahap survey , amdal , penetapan wilayah penebangan dsb.Kerakusan duet Nurmahmudi-Suripto dalam membagi bagi wilayah penguasaan hutan pada kroni-kroninya semakin menambah daftar panjang kerusakan hutan alam di Indonesia. Penerbitan HPH-HPH baru ini juga beriringan dengan meningkatnya arus penyeludupan kayu gelondongan (log) dalam jumlah besar ke luar negri. Presiden Gus Dur waktu itu menuding penyelundupan itu dilakukan oleh Soeripto dan beberapa petinggi militer untuk membiayai operasi untuk memicu kerusuhan di Sampit.
Penerbitan-penerbitan HPH baru ini juga akhirnya menajamkan friksi dengan kelompok-kelompok pemegang HPH lama.Friksi inilah yang kemudian memicu konflik dengan menggunakan isu etnis.
Keterlibatan unsur-unsur militer dalam kerusuhan Sampit juga terlihat dengan tidak diterjunkannya pasukan khusus dalam mengatasi konflik tersebut.Padahal pengiriman pasukan itu hanya memerlukan waktu 2-3 jam saja.Misalnya saja Skadron Pakshas 461 dan 465 (total 1.000 tentara bersenjata lengkap) yang bermarkas di Lanud Halim hanya sepuluh langkah didepan hanggar Skadron Udara 31 yang memiliki 9 buah pesawat Hercules dimana sebuahnya mampu mengangkut 135 pasukan. Skuadron Udara 31 sendiri memiliki kualifikasi dan kemampuan untuk melakukan scramble (terbang segera) yang bisa dilakukan dalam tempo 35 menit . Ini termasuk menyalakan mesin-mesin secara serentak dan memanasinya (karena ditenagai mesin turboprop Hercules butuh sekitar 15-20 menit pemanasan sebelum take-off) serta memuat (uploading) pasukan dan peralatan tempur. Proses lepas landas kesembilan Hercules tersebut bisa dilakukan dalam tempo 25-40 menit dan Sampit dapat ditempuh dalam tempo 85 menit. Dan dalam tempo 2 x 85 menit tersebut 1.000 pasukan Kopassus bisa diangkut dari Cijantung ke Halim dengan 28 unit Helikopter NBell-412 dalam dua sorti dimana satu sortinya memakan waktu 35 menit. Ini belum lagi skuadron udara 32 yang memiliki 10 Hercules dan bermarkas di Madiun.
Jadi sebetulnya tidak ada alasan mengenai keterlambatan dan ketidakmampuan TNI untuk mengirim pasukan kesana kecuali mereka sendiri (catatan sejumlah jendral) terlibat dalam peristiwa itu
Sehingga tidak mengherankan kalau Gus Dur langsung menuding Soeripto dan sejumlah petinggi intelejen dan militer lainnya sebagai dalang peristiwa tersebut. Selain itu Gus Dur juga menuding Soeripto sebagai dalang kerusuhan berdarah di wilayah lainnya di Indonesia seperti Maluku , Poso dan Papua.
Pengakuan kelompok Coker baru-baru ini yang menyatakan mereka dilatih dan dibiayai Kopassus dalam membuat dan memicu kerusuhan di Maluku semakin memperkuat keterlibatan intelejen dan rogue elements di dalam TNI AD terutama di dalam tubuh Kopassus dan Kostrad dalam berbagai aksi kerusuhan berbau SARA di Indonesia.
Pemboman di Parkir Timur Senayan
Pada tanggal 29 April 2001 sebuah bom meledak di pintu sektor VII Parkir Timur Senayan ketika sedang dilangsungkan acara Istigotsah Nahdlatul Ulama, delapan orang mengalami cedera. Dan esoknya tim serse Polda Metor Jaya setelah memeriksa sejumlah saksi menangkap tiga orang tamu yang menginap di Hotel Cemara Jl. H.O.S.Cokroaminoto no 1, Menteng, Jakarta Pusat. Ketiganya adalah Asep Saefullah, 38 tahun, Ahmad Paradis, 37 tahun, dan Agus Julianto, 32 tahun.Tiga orang ini bukanlah orang yang dikenal publik, tapi dari penangkapan tiga orang ini polisi mengembangkan penyelidikan dan akhirnya menangkap Fakih Munawar dan Derry yang juga merupakan mantan ajudan dan tangan kanan Nurmahmudi Ismail ketika menjabat sebagai Mentri Kehutanan dan Perkebunan.
Kasus ini akhirnya juga menyeret nama Suripto karena tiga orang pelaku pengeboman tersebut menginap di kamar nomor 311 dan 434 Hotel Cemara yang ternyata disewa atas nama Suripto. Sehingga pada tanggal 1 Mei 2001 dengan dipimpin oleh Kepala Unit Kejahatan dan Kekerasan Ditserse Polda Metro Jaya, Komisaris Polisi Tagam Sinaga, Suripto pun ditangkap.
Tapi Suripto dibebaskan dua hari kemudian dan cuma dikenai wajib lapor setiap hari selasa, dan beberapa jam kemudian Asep dkk pun ikut dibebaskan. Akan tetapi Soeripto pun dikenai tuduhan baru yaitu menjual rahasia negara kepada pihak asing melalui Lesperssi (Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia) sebuah lembaga study yang ditengarai banyak berhubungan dengan agen rahasia asing. Walaupun tidak jelas dokumen rahasia apa yang dituduhkan dijual oleh Suripto tapi sejumlah sumber menyebutkan bahwa yang dijual tersebut adalah dokumen-dokumen rahasia militer dan peta udara. Selama kurun waktu 2000-2001 banyak terjadi penyusupan pesawat-pesawat mata-mata militer asing ke dalam wilayah udara Indonesia yang tidak mampu terpantau oleh sistim radar maupun pesawat dan kapal-kapal patroli TNI termasuk penyusupan personel militer asing , kegiatan pelatihan kelompok militan oleh instruktur militer asing dan penyelundupan senjata serta bahan peledak.
Akan tetapi kasus inipun menguap begitu saja seiring dengan semakin menajamnya pertikaian elite politik dan kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenannya.
Kedekatan kaum fundamentalis Islam dengan kalangan militer dan intelejen seharusnya mulai diwaspadai oleh kita bersama. Pengikut utama kalangan ini bukanlah kaum santri melainkan kaum abangan yang diarahkan untuk menjadi fanatik dan radikal.Dan mereka lebih pada dasarnya tidak memperjuangkan Islam melainkan cenderung untuk merusak nama Islam melalui aksi-aksi kekerasan maupun terorisme yang dilatarbelakangi oleh kepentingan elite politik dan militer tertentu.
Keterlibatan aktif organisasi-organisasi Islam radikal dalam berbagai aksi kerusuhan berdarah rata-rata ditunggangi oleh militer. Sehingga nampak jelas bahwa mereka hanyalah bidak untuk menjalankan “dirty operation” demi kepentingan militer dan unsur-unsur orba dan agama hanya dijadikan tameng bagi mereka untuk menutupi tangan tangan kotor mereka.(He-Man) - cy.
MANTAN PEJABAT DISTARKIM DEPOK, "DUDI KUSNADI", JADI TERSANGKA KORUPSI REVITALISASI PASAR CISALAK.
CEC : Mantan Kepala Bidang Tata Bangunan dan Permukiman pada Dinas Tata
 Ruang dan Permukiman, Pemkot Depok, DUDI KUSNADI, telah ditetapkan 
sebagai tersangka korupsi revitalisasi Pasar Cisalak, Kelurahan Depok, 
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Kejari Depok telah menetapkan Dudi 
Kusnadi sebagai tersangka korupsi.
 Kepala Seksi Pidana Khusus 
Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Depok Hendri Siswanto, kepada 'wartawan' 
mengatakan : "Ada dua orang yang ditetapkan penyidik Kejari Kota Depok 
sebagai tersangka ialah Dudi Kusnadi, Kepala Bidang Tata Bangunan dan 
Permukiman Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok, serta 'seorang 
rekanan' Dinas Tata Ruang dan Permukiman dalam kasus korupsi 
revitalisasi Pasar Cisalak, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan 
Cimanggis, Kota Depok.
 “Berkas perkara pejabat Dinas Tata Ruang dan 
Permukiman Kota Depok, Dudi Kusnadi tersebut sudah dinyatakan lengkap. 
Kedua tersangka juga sudah siap dibawa ke penuntutan di Pengadilan 
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung, Jawa Barat,“ kata Hendri 
Siswanto. (cy)
TUNJANGAN KESRA 20.407 GURU SWASTA DI KOTA DEPOK DIHAPUS..!?
CEC : Sang Gelombang - Surat Sekretaris Daerah Kota Depok, Etty 
Suryahati, No: 900/995-dppka, tanggal 14 Agustus 2012, dan Pernyataan di
 Media Cetak, Ketua DPRD Kota Depok, Rintis Yanto, serta Wakil Walikota 
Depok, Idris Abdul Shomad, menambah deretan panjang penderitaan nasib 
Guru Swasta sebanyak 20.407 orang yang tidak mendapatkan tunjangan 
kesejahteraan. Surat dan pernyataan 3 pejabat Pemkot tersebut, yang 
menggunakan PERMENDAGRI No 32 th 2012 tgl 27 Jul 2011 adalah pernyataan 
yg SALAH dan NGAWUR alias NABRAK ATURAN! Karena sesuai dengan 
PERMENDAGRI No. 39 th 2012 ttg PERUBAHAN PERMENDAGRI No. 32 th 2012 ttg 
PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN 
PENDAPATAN BELANJA DAERAH hal 8 BAB VII Ketentuan Peralihan Pasal 43, 
dijelaskan dengan berlakunya Per Men No.39 thn. 2012 pada Tgl 21 Mei 
2012, maka penganggaran pelaksanaan dan penatausahaan pelaporan dan 
pertanggungjawaban srt monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan 
bantuan sosial mulai berlaku thn. Anggaran 2013 berpedoman pada Per Men 
ini.
 Dan jelas perilaku dan tindakan 3 Pejabat Depok trsbt, 
menunjukan betapa solidnya perselingkuhan antara Eksekutif dgn 
Legislatif, menyengsarakan 20.407 Guru Swasta Kota Depok, blm lg 
maraknya penggelapan dana Sertifikasi Ribuan Guru se Kota Depok, begitu 
jg dgn tdk diberikannya tunggakan Dana Santunan Kematian Rp 2 jt X 1500 
Jiwa,. Jd jelas sdh, jgn harap Warga Masyarakat untk mendapatkan hak 
haknya scr utuh, krn tlh terjadi PERSELINGKUHAN antara Eksekutif dan 
Legislatif Kota Depok!, demikian dikatakan KASNO; Ketua LSM KaPoK Kota 
Depok. (cy)
Langganan:
Komentar (Atom)
 

 
 





