Sabtu, 17 Agustus 2013

PIMPIN UPACARA HUT RI KE 68 DI DEPOK, NURMAHMUDI ISMAEL SINGGUNG KONFLIK MESIR


CEC : Upacara bendera dilaksanakan di seluruh titik di Indonesia memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Salah satunya di Balaikota Depok. Bertindak sebagai inspektur upacara Nurmahmudi Ismael, pembacaan pembukaan UUD 1945 oleh Kapolresta Depok Kombes Pol Achmad Kartiko, dan pembacaan naskah proklamasi oleh Ketua DPRD Rintisyanto. Dalam pidatonya, Nurmahmudi Ismael meminta rakyat Indonesia mengedepankan persamaan guna menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa, negara dan kota kita. Dengan bersatu, kata dia, maka persoalan berat menjadi ringan, masalah rumit pun menjadi sederhana. "Melalui persatuan dan kesatuan pula, bangsa Indonesia dengan ragam suku bangsa dan kekayaannya, akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat dan berdaulat, sehingga tujuan pencapaian negara Indonesia yang sejahtera sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akan dapat tercapai dengan baik," katanya di Balaikota Depok, Sabtu (17/08/2013). Ia menambahkan, dalam konteks pergaulan internasional, rakyat Indonesia perlu memahami fakta sejarah, bahwa setelah proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia langsung dihadapkan pada sebuah persoalan eksistensi sebuah negara yang berdaulat. Dalam hal ini terkait dukungan dan pengakuan dunia internasional atas Indonesia. "Sejarah mencatat, bahwa Mesir akan selalu dikenang sebagai negara yang pertama kali mengakui kedaulatan Republik Indonesia, yang dikukuhkan melalui perjanjian persahabatan antara Mesir dan Indonesia yang ditandatangani pada 10 Juni 1947," jelasnya. Dengan adanya perjanjian persahabatan tersebut, kata Nurmahmudi, sekaligus menandai pengakuan Mesir secara legal terhadap kedaulatan Republik Indonesia, sehingga lengkaplah persyaratan formal berdirinya sebuah negara. Maka secara de facto dan de jure, persyaratan pengakuan dari negara lain atas eksistensi Republik Indonesia tercapai sudah dengan perjanjian tersebut. "Selanjutnya menyusul perjanjian persahabatan dengan Suriah, Lebanon serta Irak. Tidak lama setelah itu, negara lain juga ikut memberikan dukungan, seperti Arab Saudi, Yaman, Afghanistan, India, dan Burma. Negara-negara tersebut merupakan negara yang istimewa, mengingat secara diplomatis telah memberikan dukungan pertama kali saat negara ini membutuhkan kekuatan moril dalam kancah pergaulan internasional yang sedang memasuki babak baru," ungkapnya. Terkait perkembangan dunia internasional, khususnya yang saat ini terjadi di Mesir, Nur Mahmudi menilai kekerasan sesungguhnya tidak akan menyelesaikan permasalahan. Korban jiwa yang terus berjatuhan, merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus segera dihentikan. "Upaya-upaya damai melalui dialog dan diplomasi hendaknya mampu menjadi solusi untuk mencari titik temu atas aspirasi yang berkembang di Mesir, sehingga kehidupan yang damai dan harmonis dapat segera terwujud," jelasnya. (cec)

Sumber : okezone

Tidak ada komentar: