KETIKA Mesir dilanda gelojak politik hebat, Universitas Al Azhar yang didirikan tahun 970 Masehi atau 350 Hijriah pada masa kekuasaan Fatimiyah akan ditutup, lantaran kerap digunakan rapat untuk melakukan kudeta. Rencana penutupan Al Azhar ini membuat umat Muslim bersedih. Sebab Al Azhar dan Mesir sudah menjadi satu keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Universitas yang memiliki jutaan mahasiswa ini juga merupakan simbol umat Muslim. Di waktu yang serba sulit itulah Presiden Republik Indonesia (RI) Soekarno memainkan perannya yang utama. Saat melakukan kunjungan luar negeri di Mesir, Soekarno menemui Presiden Gamal Abdel Nasser yang berencana menutup Al Azhar.
Dalam pertemuan itu, Soekarno meminta Presiden Gamal membatalkan niatnya untuk menutup Al Azhar. Atas jasa Soekarno itulah, maka hingga kini umat Muslim di dunia masih bisa mengenyam pendidikan di Al Azhar. Seperti apa percakapan Soekarno dalam membujuk Presiden Gamal Abdel Nasser hingga rencananya menutup Al Azhar urung dilakukan? Ulama senior Universitas Al Azhar Prof Dr Syeikh Aly Goumah mengingat percakapan itu demikian: "Ya Gamal, kenapa anda mau menutup Al Azhar? Ya Gamal, Al Azhar itu terlalu penting untuk dunia Islam. Kami mengenal Mesir itu justru karena ada Al Azhar,” kata Soekarno, seperti diingat kembali oleh Syeikh Aly Goumah.
Presiden Gamal pun pasrah sembari berucap, “Ya, mau bagaimana lagi?", kemudian dijawab Soekarno, "Ya Gamal, tidak ada itu istilah penutupan, anda wajib menata kembali Al Azhar, mendukungnya, dan mengembangkannya, bukannya menutup".Usulan Soekarno itu sangat diperhitungkan Presiden Gamal Abdel Nasser, dan rencana penutupan Al Azhar pun akhirnya dibatalkan. Hingga kini, Universitas Al Azhar masih berdiri kokoh dan telah memiliki mahasiswa jutaan.
Jasa Soekarno bagi umat Islam di negara lainnya adalah menghidupkan kembali aktivitas peribadatan di masjid Jamul Muslimin, Saint Petersburg, Rusia. Masjid bewarna biru nan megah ini berada tak jauh dari Sungai Neva, dan Benteng Peter dan Paul. Masjid Jamul Muslimin atau Masjid Biru adalah sebuah masjid tua yang nama awalnya adalah Masjid Saint Petersburg. Masjid ini dibangun tahun 1913, di pusat kota Saint Petersburg yang kala itu masih menjadi ibu kota Kekaisaran Rusia. Masjid yang dibangun atas izin Tsar Rusia Nicholas II ini dilakukan untuk memperingati 25 tahun kekuasaan Abdul Ahat Khan, Emir Turkistan di Bukhara. Pembangunan masjid ini diusulkan oleh komunitas Muslim Saint Petersburg.
Sejak dibangun tahun 1913, masjid ini kerap digunakan untuk kegiatan ibadah umat Muslim dan syiar agama Islam. Namun setelah meletus Revolusi Oktober oleh kaum komunis, aktivitas masjid ini berhenti total. Hingga tahun 1956 Soekarno bersama Megawati Soekarnoputri melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow, Rusia. Di tengah lawatan itu, Soekarno singgah ke St Petersburg yang kala itu masih bernama Leningrad. Kota ini terkenal dengan keindahan arsitekturnya seperti Paris, dan memiliki Sungai Neva yang indah. Saat melintas di jembatan kota Trinity Bridge yang melintasi Sungai Neva, pandangan Soekarno tertuju ke sebuah bangunan berkubah biru. Saat ini, masjid tersebut sudah tidak aktif dan dijadikan gudang penyimpanan obat dan senjata. Soekarno yang mengetahui hal itu merasa sangat sedih hatinya. Dia lalu berbicara kepada sahabatnya Presiden Nikita Khrushchev.
Kepada Nikita Khrushchev, Soekarno meminta agar masjid itu difungsikan kembali sebagai tempat ibadah umat Muslim. Sepulanganya Soekarno dari Rusia, terdengar kabar masjid terbesar kedua di Rusia itu kembali dibuka. Hingga kini, masjid itu masih digunakan untuk tempat ibadah dan syiar agama Islam. Setiap ibadah salat Jumat, masjid ini tampak selalu penuh sesak dengan jamaah dari Petersburg.
Jasa Soekarno lainnya yang tidak kalah besar bagi umat Islam adalah ditemukannya kembali makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan, di tahun 1961. Tanpa peran besar Soekarno, makam Imam Bukhari saat ini sudah hilang rata dengan tanah. Imam Bukhari memiliki nama asli Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju'fi Al-Bukhari. Namun orang-orang di Indonesia lebih suka menyebut perawi hadist Nabi Muhammad SAW ini Imam Bukhari. Bagi umat Islam di Indonesia, karya-karya Imam Bukhari sangat besar pengaruhnya. Maka itu, saat Presiden Nikita Khrushchev mengundang Soekarno ke Moskow, dia mengajukan syarat yang harus dipenuhi. Soekarno berani mengajukan syarat itu bukan tanpa sebab. Peta politik dunia antara kubu Uni Soviet dan Amerika Serikat saat itu merupakan sebabnya. Jika Soekarno mengunjungi Moskow, maka Indonesia akan dianggap memihak komunis. Inilah pertaruhan yang dimainkan oleh Soekarno. Maka ketika diminta mengunjungi negara komunis itu, Soekarno berani mengajukan syarat temukan makam Imam Bukhari. Pada awalnya, Nikita Khrushchev keberatan dengan syarat itu. Hingga akhirnya digertak oleh Soekarno, bahwa dia tidak akan menginjak Moskow. Gertakan Soekarno rupanya membuat Nikita Khrushchev bergeming. Posisi Indonesia di Asia Tenggara saat itu sangat kuat dengan partai komunisnya terbesar. Akhirnya, Nikita Khrushchev mencari makam tersebut dan berhasil menemukannya. Tidak hanya itu, dia juga membersihkan dan memperbaiki makam yang telah ada sejak tahun 870 Masehi itu. Sejak itu, makam Imam Bukhari mulai terawat kembali. Hingga kini, makam itu masih menjadi salah satu tujuan umat Islam dalam berjiarah. Saat Soekarno ke Kota Tashkent, tampak puluhan ribuan orang menyambutnya sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.
Jasa Soekarno lainnya yang masih dikenang hingga kini adalah saat dia berkunjung ke Arab Saudi. Soekarno mengusulkan agar kawasan Padang Arafah, tempat wukuf jamaah haji di Mekah, ditanami pohon. Seperti diketahui, Padang Arafah dahulu merupakan gurun tandus yang sangat mematikan bagi para jamaah haji. Berkat Soekarno jugalah kawasan itu kini mulai hijau, dan bisa dirasakan oleh para jamaah haji di belahan dunia.
Demikian ulasan Cerita Pagi tentang jasa-jasa Soekarno terhadap dunia Islam di berbagai negara. Semoga ulasan singkat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca Cerita Pagi yang budiman. (sindonews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar