Jumat, 28 Juni 2013

SOAL KEWENANGAN PENYADAPAN OLEH KPK MEMBUAT POLITISI PKS ABOE BAKAR AL HABSYI JADI GERAH DAN KETAKUTAN.


CEC : kompasiana > Soal penyadapan yang dilakukan oleh KPK terhadap para terduga korupsi membuat gerah para pejabat. Tidak ketinggalan politisi PKS Aboe BakarAl Habsyi urun bicara tentang penyadapakan KPK. Nada serius baru dilontarkan oleh Aboe Bakar saat bicara tentang penyidikan dan penyadapan KPK. Menurut dia, soal penyadapan itu tugasnya malaikat Rakib dan Atid untuk mencatat, bukan KPK. “Soal penyadapan itu kan tugasnya Rakib-Atid (malaikat pencatat pahala dan dosa), apa KPK itu udah jadi Rakib-Atid?,” tanya Aboe Bakar dengan nada tinggi namun malah disambut tawa hadirin. (detik.com 27 Juni).
Penyadapan, adalah salah satu upaya KPK mengikuti pelaku tindak pidana korupsi.Selain penyadapan, tentu saja mengikuti kemana pelaku pergi, dengan siapa dia berhubungan, kemana alur dananya. Jika saya tambahkan, termasuk di antaranya mensinkronisasikan jumlah kekayaan, gaji dan pajak yang dibayarkan. Lalu dicari lah berbagai cara untuk melemahkan kinerja penegak hukum. Tidak boleh mengikuti, tidak boleh menyadap, tidak boleh mengawasi. Namanya juga terduga, kok tidak boleh diikuti. Untuk memperkuat bentengnya, maka Tuhan dibawa-bawa. Tugas menyadap hanyalah tugas Rakib-Atid. Padahal, yang namanya malaikat maupun setan tidak perlu menyadap. Hla wong mau ngumpet di Le Meridien juga kelihatan kok.
Jika KPK dianalogikan dengan mengambil alih tugas malaikat, maka pembuat peralatan penunjang penyadapan dianalogikan mengambil alih tugas siapa? Tuhan?
Penyadapan, dengan atau tanpa prosedur, bukan hal yang sulit. Tinggal pencet nomor kode tertentu dan nomor telepon anda. Sudah. Begitu saja. Itu pun kalau pakai sistim pencet. Sistim kuno. Sekarang sistim sudah automatic activate. Anda bicara kata tertentu dengan intonasi tertentu, maka recordernya otomatis jalan. Belum lagi yang CCTV. Untuk area-area tertentu, jika anda melakukan serah terima barang dengan cara mencurigakan, recordernya otomatis jalan. Jadi, apanya yang prosedur? Hla mesinnya sudah otomatis nyala sendiri kok. Salahkan saja Mayonaise Wahyudi yang bikin equipment, kenapa kok nggak ikut ngurusi proyek daging sapi sama bibit kopi, tapi malah bikin equipment canggih begitu. Jadi kalau tidak mau disadap, jangan menggunakan telepon. Itu yang paling minimal. Jangan ke area yang ada CCTV nya. Itu stage ke-dua. Tapi, kalau alat penyadapnya sudah ditransplantasi di tubuh anda. Mampus sajalah anda. Mau bagaimanapun prosedurnya, koordinat anda ada di layar. Direkam dalam sebuah hard disk yang tidak hanya Redundant. Tapi Redundun (ini bahasa saya saja untuk triple redundant). Makanya kalau nggak mau disadap KPK, jadi guru ngaji biasa aja. Dakwahnya dapat, pahala dapat, nggak perlu ketakutan seperti itu.
Salam takut nih yeee…Esther Wijayanti - [cec]

Tidak ada komentar: